Rabu, Agustus 27, 2008

Bau Mulut Tak Sebatas Urusan Kosmetik

Oleh Kompas Cyber Media

Halitosis (bau mulut) ternyata tak hanya menjadi urusan kosmetik atau sekadar salah satu kunci kehidupan sosial seseorang. Lebih dari itu, bau mulut bisa menjadi persoalan kesehatan yang serius.
Halitosis adalah masalah kesehatan gigi dan mulut yang dikeluhkan sebagian besar masyarakat. Di Amerika Serikat, lebih dari 25 juta orang mengidap halitosis kronis. Kenyataan serupa juga dikeluhkan sebagian besar masyarakat di negara-negara maju maupun berkembang, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.
Ini terlihat dari kecenderungan permintaan masyarakat terhadap kesehatan gigi, yang pada awalnya untuk pengobatan sakit atau hilangnya fungsi gigi. Hal itu telah bergeser ke permintaan yang lebih jauh, yaitu dari segi kosmetik yang berhubungan dengan hubungan sosial.
Drg. Anton Rahardjo, MKM, Ph.D, dari Bagian Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Gigi Pencegahan FKG UI, menilai bahwa mereka yang mengeluh halitosis hanya menggunakan produk komersial yang beredar luas, tanpa menanggulangi penyebab dan upaya pencegahan yang tepat.
Indonesia Lebih Tinggi
Berdasarkan survei oleh American Dental Association dengan menggunakan telepon diperoleh bahwa 50 persen pria dan 60 persen wanita AS memakai produk kosmetik yang bertujuan untuk menyegarkan napas.
Meski begitu, sedikit dokter gigi yang tanggap terhadap perubahan pergeseran tersebut, sehingga pasien yang datang dengan keluhan halitosis tidak diberi pelayanan yang tepat. Keadaan ini menyebabkan kegagalan perawatan, sehingga penderita merasa tidak puas dan kembali mencari pengobatan dengan cara sendiri.
Menurut Drg. Anton, hadirnya bau pada rongga mulut diakibatkan oleh aktivitas bakteri anaerob gram negatif, yang merupakan produk hasil pemecahan protein yang mengandung sulfur. Produk gas yang mudah menguap ini dikenal sebagai Volatile Sulfur Compound (VSC).
“Dari survei pengukuran kadar VSC dengan menggunakan sulfid monitor pada masyarakat di kelurahan Tebet Jakarta, ditemukan rata-rata konsentrasi VSC yang lebih tinggi (105 pbb) dari yang ditemukan Miyazaki dkk. pada masyarakat Jepang (75 pbb). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan perawatan halitosis di Indonesia cukup tinggi.
Lebih dari itu, saat ini halitosis berkembang sebagai masalah sosial dan kedokteran," ungkapnya dalam seminar Periodontal Esthetic & Halitosis di Jakarta, beberapa waktu lalu.
VSC yang terdiri dari H2S, CH3SH, dan (CH3)2S adalah gas-gas utama penyebab bau dalam rongga mulut. H2S dan CH3SH bisa mencapai 90 persen penyebab bau, sedangkan (CH3)2S hanya sedikit berperan.
Dr. Khalid Almas dari Associate Professor New York University mengungkapkan, kebanyakan kasus halitosis disebabkan adanya lubang (karies) gigi, yang menjadi tempat berkembang biak bakteri anaerob gram negatif. Bakteri ini juga dapat berkembang biak di kantong gusi dan punggung lidah.
Bukan dari Lambung
Sayangnya, masyarakat termasuk dokter gigi, belum terlalu paham tentang penyebab dan penanganan halitosis. Masih ada yang percaya bahwa halitosis berasal dari lambung, meski riset telah membuktikan bahwa 80 sampai 90 persen halitosis berasal dari rongga mulut.
Secara umum halitosis dibagi dalam tiga kategori, yakni halitosis murni, semu, dan halitofobia. Halitosis semu dan halitofobia berhubungan dengan keadaan psikosomatis. Pasien mengeluh halitosis meski orang lain tidak merasakannya.
Pengurangan mikro-organisme melalui peningkatan kesehatan gigi dan mulut sangat membantu pengurangan halitosis. Prosedur ini meliputi penyikatan gigi dan pemakaian obat kumur antiseptik. Minyak esensial yang terkandung dalam obat kumur antiseptik diperkirakan dapat membunuh bakteri penyebab bau mulut serta mengurangi plak hingga 51,6 persen dan radang gusi (gingivitis) hingga 35,9 persen.
Laki-laki cenderung lebih besar mengalami halitosis di pagi hari dibandingkan waƱita. Hal ini karena wanita lebih rajin membersihkan gigi dan lebih sering menggunakan obat kumur.
Selain bersifat permanen karena keberadaan bakteri anaerob, bau mulut juga dapat bersifat sementara (temporary halitosis). Ini biasanya akibat minuman atau makanan yang menyebabkan bau, misalnya kopi. Rokok dan obat-obatan juga sering menyebabkan timbulnya bau mulut.
Perawatan mulut yang tepat adalah mengendalikan lingkungan hidup bakteri tersebut melalui tindakan promotif dan preventif. Tindakan preventif bukan saja dengan kebiasaan menggosok gigi dan berkumur dengan cairan antiseptik, tetapi juga perubahan gaya hidup seperti menghindari kebiasaan merokok dan minum kopi berlebihan.
Meredam Tong Sampah
Banyak orang mungkin pernah merasakan tidak enaknya membawa "tong sampah” ke mana pun pergi. Apalagi kalau harus bertemu banyak orang. Bau yang sama sekali tidak harum saat berbicara tentulah sangat mengganggu dan memalukan. Bau muncul bisa jadi karena ada yang salah dengan kesehatan mulut dan gigi kita.
Berikut beberapa cara mencegah timbulnya bau itu :
 Pastikan kesehatan dan kebersihan gigi serta mulut dengan menggosok gigi dua kali sehari, pagi dan malam sebelum tidur. Jika perlu, berkumurlah dengan cairan antiseptik untuk mamastikan bakteri anaerob tak berkembang biak selama Anda beristirahat.
 Jangan lupa menyikat lidah, Permukaan lidah yang tak rata memungkinkan adanya sisa makanan tersangkut di sana. Usahakan sesering mungkin minum air putih. Hindari minum kopi karena akan memperparah keadaan.
 Mengunyah permen karet bebas gula bisa membantu merangsang produksi saliva, terutama bagi mereka yang memiliki saliva kental.
 Mengunjungi dokter gigi. Mungkin ada gigi yang berlubang, ada karang gigi, atau masalah kesehatan mulut dan gigi Anda.
Umumnya mulut berbau jika :
 Ada infeksi di rongga mulut, gigi keropos atau bolong, gusi bengkak, karang gigi atau calculus
 Lidah meradang, bisa karena kurang vitamin, lidah tergigit, atau tumbuh kanker di sana.
 Ada infeksi gusi, gusi gampang berdarah, demam, mulut banyak mengeluarkan liur dan badan lemah. @.


Dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini teknologi di bidang oftalmologi telah berkembang pesat, sejalan dengan meningkatnya tuntutan masyarakat untuk pelayanan pengobatan mata. Dengan meningkatnya kemakmuran, pendidikan yang bertambah baik dan taraf hidup yang lebih tinggi, maka tuntutan mutu pelayanan pengobatan matapun semakin tinggi. Meningkatnya tuntutan tersebut juga disebabkan peningkatan jumlah penduduk manula yang karena usianya, menderita berbagai penyakit mata. Dalam upaya mengatasi meningkatnya tuntutan masyarakat ini, pusat-pusat pelayanan pengobatan matapun berkembang dengan pesat, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.

JEC adalah pusat pelayanan pengobatan & konsultasi mata di Indonesia yang pelayanannya bertaraf internasional. JEC mempunyai fasilitas pelayanan medik dan non medik yang lengkap untuk pelayanan pengobatan perawatan berbagai jenis kelainan mata meliputi rawat inap & rawat jalan.

Lokasi JEC sangat strategis terletak di tengah-tengah kota dan mudah dijangkau. JEC didirikan untuk memenuhi tuntutan masyarakat akan pelayanan pengobatan mata. Dalam pelayanannya JEC dibantu oleh dokter-dokrter dan perawat yang profesional di bidangnya.

Tidak ada komentar:

My family

My family
Mejeng nih ye..