Senin, September 07, 2009

Rabu, Agustus 26, 2009

PUASA MEMPERBAIKI MEKANISME KOPING

Hadis Nabi SAW menyatakan bahwa puasa adalah menyehatkan. Benarkah demikian? Bagaimana mekanisme kerjanya? Ada perbedaan mendasar antara psikologi Barat dengan psikologi Islam dalam penanganan marah atau emosi. Para psikologi Barat menyarankan penanganan marah dengan menyalurkannya pada benda-benda disekitarnya misalnya berteriak sekuat-kuatnya atau memukuli boneka bergambar orang yang dibenci. Ini berbeda dengan psikologi Islam yang mengajarkan untuk mengendalikan marah dengan memberikan maaf, menghilangkan kebencian dan menumbuhkan keikhlasan. Jadi psikologi Islam mengajarkan bagaimana menerima kekurangan diri sendiri dan orang lain lalu memaafkan.
Pada saat marah, orang mengalami ketegangan dan kecemasan yang luarbiasa. Sering kita lihat orang yang marah bisa sedemikian kuat dan nekat, pertimbangan akalnya hilang dan akhirnya, setelah marahnya reda dia sangat menyesal telah menuruti amarahnya. Kejadian ini berulangkali terjadi dan berulangkali pula sesal didapat. Pada dasarnya semua orang tidak dapat menghindari stress, justru menjadi menarik untuk dipelajari bahwa stress dapat dikendalikan menjadi energi yang positif dan menguntungkan. Marah adalah reaksi seseorang terhadap stress. Ketika seseorang dalam kondisi stress, reaksinya berbeda-beda bergantung pada cara-cara yang selama ini dia angap paling sesuai dengan dirinya ketika berada dalam kondisi stres. Cara-cara yang biasa dia pakai inilah yang disebut mekanisme koping. Mekanisme koping ini dapat diperbaiki.
Puasa melatih seseorang untuk jujur pada dirinya, merasa yakin ada yang mengawasinya dimanapun berada. Orang yang puasa diwajibkan mengendalikan amarahnya. Marah tidak membatalkan puasa tetapi membuat puasanya sia-sia. Orang yang berpuasa pasti sadar tidak ingin usaha kerasnya menahan lapar dan haus seharian menjadi sia-sia karena itulah orang pasti berusaha menahan marah. Kemampuan menahan marah bergantung pada kesungguhannya menahan marah dan keefektifan mekanisme koping yang dimiliki. Sungguh benar sabda Nabi SAW yang menyatakan bahwa sebagian besar orang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Semoga pengalaman puasa kita bertahun-tahun dapat melatih kita memiliki mekanisme koping yang baik dalam menghadapi stress dan menahan marah.

SECUIL RAHASIA MENYAMBUT RAMADHAN DENGAN GEMBIRA

Ada perintah agama agar kita menyambut bulan Ramadhan dengan gembira bahkan Allah menjanjikan penghapusan dosa bagi yang bisa melakukannya. Bukankah puasa itu menyengsarakan, tarawih itu mengganggu jadwal belajar, tadarus itu mengantuk, sahur itu malas makan dan puasa itu mulutnya bau. Jadi, bagaimana bisa gembira? Puasa adalah ibadah mengelola hati agar kemudian kita menjadi orang bertaqwa. Puasa, tarawih, tadarus dan sahur tidak bisa dikerjakan dengan keterpaksaan. Karena dalam keterpaksaan ada rasa tertekan, dalam rasa tertekan ada stress, dan dalam stress ada penyakit. Sedangkan Allah tidak hendak memberi penyakit, justru akan memberikan keberkahan. Keberkahan pada fisik, psikis, sosial dan spiritual inilah yang insyaAllah dijanjikan bagi shaimin yang menyambut Ramadhan dengan gembira.
Pada keadaan stress, tubuh mengalami peningkatan hormon kortisol. Hormon kortisol adalah hormon stress yang diproduksi tubuh sebagai respon adaptasi terhadap ancaman dari lingkungan. Normalnya kortisol akan menurun pada malam hari tetapi bila pada malam hari ada aktifitas fisik, kecemasan dan adanya perubahan pola tidur maka hormon ini akan tetap tinggi dalam darah. Karena itulah orang yang bekerja lembur pada malam hari atau orang yang tidak bisa tidur malam karena banyak pikiran, akan merasakan kondisi tubuh yang tidak bugar pada pagi harinya meskipun misalnya sudah dibalas dengan tidur seharian.
Reichlin, 1992, menyatakan bahwa perubahan irama sirkadian yaitu irama kehidupan yang memiliki siklus 24 jam, akan mendatangkan stress yang ditandai dengan peningkatan hormon ACTH (hormone stress, termasuk kortisol, yang diproduksi oleh anak ginjal). Stress, sudah terbukti secara medis dapat mengganggu ketahanan sistem kekebalan tubuh. Bila tubuh mengalami tahap exhaustion stage dapat terjadi kegagalan fungsi sistem imun. Pada tahap ini tubuh sangat mudah mengalami infeksi atau gangguan fungsi organ tubuh. Bahkan menurut Robbin 1992, tubuh yang mengalami defisiensi imunitas dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker hingga 200 kali.
Salah satu faktor yang terpenting dalam penjelasan gejala stress adalah mekanisme koping yaitu strategi penanggulangan stress yang adaptif sebagai reaksi seseorang ketika mengalami stress. Mekanisme koping yang benar dapat meredakan stress dan sekaligus menurunkan kadar kortisol dalam darah. Ikhlas, qona`ah dan gembira adalah ciri mekanisme koping positif. Sebaliknya mekanisme koping yang jelek dapat memperburuk kesehatan dan mendatangkan penyakit.




Selasa, Maret 24, 2009

My family

My family
Mejeng nih ye..